A. EMBOLI PARU, INFARK
1.
Pengertian
v Emboli
Paru
Emboli Paru (Pulmonary
Embolism)adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu
embolus, yang terjadi secara tiba-tiba.
Suatu emboli bisa merupakan gumpalan
darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang,
pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai
akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Biasanya arteri yang tidak tersumbat
dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan paru-paru yang
terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat
adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan
paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah
kematian paru-paru.
Sekitar 10% penderita emboli paru
mengalami kematian jaringan paru-paru, yang disebut infark paru. Jika tubuh
bisa memecah gumpalan tersebut, kerusakan dapat diminimalkan. Gumpalan yang
besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur sehingga lebih besar kerusakan
yang ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan kematian mendadak.
Emboli
paru (PE) terjadi apabila suatu embolus, biasanya merupakan pembekuan darah
yang terlepas dari perlekatannya pada vena ekstremitas bawah, lalu bersirkulasi
melalui pembuluh darah dan jantung kanan sehingga akhirnya tersangkut pada
arteri pulmonalis utama atau pada salah satu percabangannya. PE biasa terjadi setelah thrombosis vena profunda (DVT)
pada vena tungkai.
Tiga faktor utama yang
menyebabkan timbulnya trombosis vena dan kemudian menjadi PE:
1. Stasis
vena atau melambatnya aliran darah
2. Luka
dan peradangan pada dinding vena,
3. Hiperkoagulabilitas
Emboli yang bukan berasal dari trombosis
biasanya jarang terjadi, tetapi melalui sumbatan yang disebabkan oleh udara,
lemak, sel-sel ganas, cairan amnion, parasit, vegetasi, dan benda asing.
Pulmonary embolism (PE) biasanya secara
klinis sulit ditemukan. Pasien dengan emboli paru biasanya dyspnea dan nyeri
dada.
v Infark
Infark
atau nekrosis iskemik lokal merupakan komplikasi PE yang jarang terjadi karena
paru memiliki suplai darah ganda. Infark paru biasanya dikaitkan dengan penyumbatan arteria lobaris
atau lobularis ukuran sedang dan insufisiensi aliran kolateral dari sirkulasi
bronkus. Suara gesekan pleura dan sedikit efusi pleura merupakan tanda yang
sering ditemukan.
Sebenarnya infark dan emboli
merupakan 2 hal yang tak dapat dipisahkan. Infark paru merupakan penyakit
dengan gambaran emboli paru yang disertai ge-jala utama berupa nyeri pleuritik
dan hemoptisis.
Infark selalu disebabkan oleh
embolus, tetapi embolus tidak selalu menye-babkan infark. Infark paru dapat
terjadi setelah embolisasi pada orang sehat (misalnya pada orang muda yang
menderita thrombosis vena setelah mengalami fraktur tulang atau pada wanita
muda yang menderita thrombosis vena setelah pemberian obat-obat kontrasepsi),
tapi frekuensinya amat jarang. Infark lebih sering terjadi pada orang tua
dengan penyakit dasar yang berat seperti gagal jantung kronik.
Sumber embolus:
· Trombus, misalnya di kaki
· Lemak, pada fraktura komplikata tulang-tulang panjang
· Udara, karena inveksi intra vena, transfusi, infuse,
komplikasi tindakan pem-bedahan di daerah leher dan pada penyakit CAISSON
(penyelam-penyelam)
· Kuman, dapat berasal dari infeksi pembuluh darah
· Sel tumor
2. Etiologi
Kebanyakan
kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau
panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan
ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab
yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut
trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir
lambat atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika
seseorang berada dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika
orang tersebut bergerak kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada
juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.
Penyebab
terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor
predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
·
Pembedahan
·
Tirah
baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama
perjalanan dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta api)
·
Stroke
·
Serangan
jantung
·
Obesitas
(kegemukan)
·
Patah
tulang tungkai tungkai atau tulang pangggul
·
Meningkatnya
kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu, pemakaian pil
kontrasepsi, kekurangan faktor penghambat pembekuan darah bawaan)
·
Persalinan
·
Trauma
berat
·
Luka
bakar.
3. Gejala
Gejala emboli yang kecil
mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi sering menyebabkan sesak nafas. Sesak
mungkin merupakan satu-satunya gejala, terutama bila tidak ditemukan adanya
infark. Penting untuk diingat, bahwa gejala dari emboli paru mungkin sifatnya
samar atau menyerupai gejala penyakit lainnya:
a. batuk
(timbul secara mendadak, bisa disertai dengan dahak berdarah)
b. sesak
nafas yang timbul secara mendadak, baik ketika istirahat maupun ketika sedang
melakukan aktivitas
c. nyeri
dada (dirasakan dibawah tulang dada atau pada salah satu sisi dada, sifatnya
tajam atau menusuk)
d. nyeri
semakin memburuk jika penderita menarik nafas dalam, batuk, makan atau
membungkuk
e. pernafasan
cepat
f. denyut
jantung cepat (takikardia).
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
a.
wheezing/bengek
b.
kulit lembab
c.
kulit berwarna kebiruan
d.
nyeri pinggul
e.
nyeri tungkai (salah satu atau keduanya)
f.
pembengkakan tungkai
g.
tekanan darah rendah
h.
denyut nadi lemah atau tak teraba
i.
pusing
j.
pingsan
k.
berkeringat
l.
cemas.
4. Diagnosa
Diagnosis
emboli paru ditegakkan berdasarkan gejala dan faktor pendukungnya.
a.
Pemeriksaan
untuk menilai fungsi paru-paru:
1)
Gas
darah arteri
2)
Oksimetri
denyut nadi.
b.
Pemeriksaan
untuk menentukan lokasi dan luasnya emboli:
1)
Rontgen
dada
2)
Skening
ventilasi/perfusi paru
3)
Angiogram
paru.
c.
Pemeriksaan
untuk trombosis vena dalam (sebagai penyebab tersering):
1)
USG
Doppler pada aliran darah anggota gerak
2)
Venografi
tungkai
3)
Pletsimografi
tungkai.
5.
Penatalaksanaan
Pengobatan
emboli paru dimulai dengan pemberian oksigen dan obat pereda nyeri. Oksigen
diberikan untuk mempertahankan konsentrasi oksigen yang normal.
Terapi
antikoagulan diberikan untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut dan
memungkinkan tubuh untuk secara lebih cepat menyerap kembali bekuan yang sudah
ada. Terapi antikoagulan terdiri dari heparin (diberikan melalui infus),
kemudian dilanjutkan dengan pemberian warfarin per-oral (melalui mulut).
Heparin dan warfarin diberikan bersama selama 5-7 hari, sampai pemeriksaan
darah menunjukkan adanya perbaikan.
Lamanya
pemberian antikoagulan (anti pembekuan darah) tergantung dari keadaan
penderita. Jika emboli paru disebabkan oleh faktor predisposisi sementara,
(misalnya pembedahan), pengobatan diteruskan selama 2-3 bulan.
Jika
penyebabnya adalah masalah jangka panjang, pengobatan diteruskan selama 3-6
bulan, tapi kadang diteruskan sampai batas yang tidak tentu. Pada saat
menjalani terapi warfarin, darah harus diperiksa secara rutin untuk mengetahui
apakah perlu dilakukan penyesuaian dosis warfarin atau tidak.
Penderita
dengan resiko meninggal karena emboli paru, bisa memperoleh manfaat dari 2
jenis terapi lainnya, yaitu terapi trombolitik dan pembedahan. Terapi
trombolitik (obat yang memecah gumpalan) bisa berupa streptokinase, urokinase
atau aktivator plasminogen jaringan. Tetapi
obat-obatan ini tidak dapat diberikan kepada penderita yang:
§ telah menjalani pembedahan 10 hari
sebelumnya
§ wanita hamil
§ menderita stroke
§ mempunyai bakat untuk mengalami
perdarahan yang hebat.
Pada emboli paru yang berat atau pada penderita yang
memiliki resiko tinggi mengalami kekambuhan, mungkin perlu dilakukan
pembedahan, yaitu biasanya dilakukan embolektomi paru (pemindahan embolus dari
arteri pulmonalis).
Jika tidak bisa diberikan terapi antikoagulan, maka dipasang
penyaring pada vena kava inferior. Alat ini dipasang pada vena sentral utama di
perut, yang dirancang untuk menghalangi bekuan yang besar agar tidak dapat
masuk ke dalam pembuluh darah paru.
6.
Pencegahan
Pada orang-orang yang memiliki
resiko menderita emboli paru, dilakukan berbagai usaha untuk mencegah
pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
Untuk
penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua), disarankan
untuk:
o menggunakan stoking elastis
o melakukan latihan kaki
o bangun dari tempat tidur dan bergerak
aktif sesegera mungkin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan
gumpalan.
Stoking kaki dirancang untuk
mempertahankan aliran darah, mengurangi kemungkinan pembentukan gumpalan,
sehingga menurunkan resiko emboli paru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar