BAB II
KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
1) Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
2) Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
3) Scabies adalah penyakit zoonosis
yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan
ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di
seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
2. ETIOLOGI
Scabies
disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki
mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum
corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat
telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel
di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.
3. PATOFISIOLOGI
Kelainan
kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.
Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari
lokasi tungau.
4. MANIFESTASI KLINIK
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :
1) Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2) Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh anggota keluarga.
3) Adanya
terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
panjang 1cm, pada ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat
predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong,
genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit.
Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4) Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :
a) Rasa gatal terutama pada malam hari.
b) Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
c) Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.
Klasifikasi scabies antara lain :
1) Scabies
pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
2) Scabies
nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki.
Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau
scabies.
3) Scabies
yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing,
kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat
terowongan, tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi
biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan binatang
kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu
binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
4) Scabies
pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan
sering terjadi infeksi sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang
ditemukan.
5) Scabies
terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang
penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa
harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita
scabies dengan lesi yang terbatas.
6) Scabies
Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat
predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku,
lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa
gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat menular karena jumlah tungau
yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).
5. PENATALAKSANAAN
Syarat
obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak
atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1) Belerang
endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada
bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman
dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3
hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori
pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
2) Emulsi
benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3) Gama
benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losion,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada
anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan
saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masihada
gejala, diulangi seminggu kemudian.
4) Krokamiton
10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax)
hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut
dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5) Krim
permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat
mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada
manusia.
6) Pemberian
antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah
di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata (identitas pasien dan penanggung jawab).
b. Riwayat kesehatan.
c. Pola fungsi kesehatan.
d. Pemeriksaan fisik.
e. Analisa data
2. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi.
Tujuan : Nyeri yang dirasakan klien dapat segera teratasi.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasinya.
2. Berikan perawatan kulit sesering mungkin.
3. kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic.
|
1. Mengetahui dimana letak nyeri yang dirasakan klien dan seberapa besar tingkat nyeri yang dirasakannya.
2. Agar tidak terjadi lesi atau luka pada daerah kulit yang di serang oleh kuman.
3. Membantu mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien.
|
2) Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gatal yang dirasakan.
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi karena berkurangnya nyeri dan rasa gatal.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji tidur klien.
2. Klien tidak sering terbangun pada malam hari.
3. Ciptakan suasana yang membuat klien merasa nyaman misal tempat tidur yang bersih dan rapi.
|
1. Mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi.
2. Untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidurnya.
3. Agar klien bisa istirahat dengan tenang.
|
3) Dx 3 : Gangguan rasa aman = cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
Tujuan : cemas berkurang karena meningkatnya pengetahuan tentang penyakit.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji rasa cemas pasien.
2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Berikan penjelasan kepada pasien mengenai :
a) Kondisi penyakitnya
b) Program perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan
c) Hubungan istirahat dengan kondisi penyakitnya.
|
1. Pasien tenang.
2. Pasien kooperatif dengan program perawatan dan pengobatan.
3. Pengetahuan pasien meningkat tentang penyakit, tanda-tanda, kondisi yang dialami, serta kemungkinan yang akan terjadi.
|
4) Dx 4 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder.
Tujuan : konsep diri dipertahankan dan ditingkatkan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji makna kehilangan pada pasien/orang terdekat.
2. Terima dan akui ekspresi frustasi ketergantungan, marah, perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan.
3. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan pada penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan.
4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorongan usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitas.
5. Dorong interaksi keluarga.
|
1. Episode
traumatic mengaki- batkan perubahan tiba-tiba, tidak diantipasi
membuat perasaan kehilangan sehingga ia memerlukan dukungan dalam
perbaikan optimal.
2. Penerimaan
perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu
perbaikan,namun ini akan gagal apabila pasien belum siap menerima
situasi tersebut.
3. Meningkatkan dan menjalin rasa saling percaya antara pasien dengan perawat.
4. Kata-kata penguatan dapat mendukung.
5. Mempertahankan atau mem- buka garis komunikasi dan memberikan dukungan sercara terus menerus pada pasien dan keluarga.
|
5) Dx 5 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan : Integritas kulit membaik dan dapat dipertahankan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Siapkan jadwal pemberian obat.
2. Bantu klien untuk pemberian obat topical untuk daerah yang sulit dijangkau.
3. Ajarkan teknik-teknik mencegah infeksi yaitu tidak menggaruk lesi dan menjaga kebersihan kulit.
4. Berikan pakaian yang longgar dan mampu menyerap keringat.
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai program pengobatan.
|
1. Agar dapat meningkatkan efektivitas obat dengan pemberian secara tepat dan teratur.
2. Agar tidak terjadi kerusakan kulit dengan pemberian obat topical secara menyeluruh pada daerah yang susah di jangkau klien.
3. Agar tidak terjadi infeksi yang disebabkan oleh kerusakan integritas kulit.
4. Agar tidak menekan dan memberikan rasa nyaman.
5. Membantu mencegah terjadinya infeksi.
|
EVALUASI
1. Rasa nyeri dapat segera teratasi.
2. Rasa gatal berkurang sehingga istirahat tidur dapat terpenuhi.
3. Pengetahuan tentang penyakit meningkat sehingga cemas berkurang.
4. Konsep diri terjaga dan ditingkatkan.
5. Integritas kulit dapat dipertahankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar